Minggu, 03 April 2011

25. KISAH NABI MUHAMMAD S.A.W.


1. Nasab/Keturunan Muhammad.

          Nasab atau keturunan Muhammad ialah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthollib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qushoy bin Hakim bin Muroh bin Ka'ab bin Luai bin Qolib bin Fakhri bin Malik bin Al Nadlar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlor bin Nazaar bin Mu'ad bin Adna bin Adad, nasabnya bersambung kepada Isma'il bin Ibrahim, 'alaihi salam. Itulah nasab dari Ayahnya.
          Sedangkan dari Ibunya yaitu, Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zahrah bin Hakim.


2. Kelahiran Nabi Muhammad Saw.

          Dikala itu penduduk Makkah dalam keadaan kegelapan & kehilangan pegangan hidupnya (zaman jahiliyah) lahirlah di tengah-tengah masyarakat itu seorang bayi yang bernama Muhammad, yang mana bayi ini kelak akan merombak dan meluruskan aqidah & prikehidupan mereka dari jalan kesesatan ke jalan yang benar & di ridloi Allah.
          Muhammad dilahirkan dari seorang Ibu yang bernama Aminah pada tanggal 12 Rabi'ul Awal pada tahun Gajah atau bertepatan pada tanggal 20 April 571 Masehi. Sedang Ayahnya yang bernama Abdullah telah mendahuluinya pulang ke rohmatullah sewaktu Muhammad berada dalam kandungan 7 bulan.
          Adapun sebab dinamakan tahun kelahiran Nabi itu dengan tahun Gajah, karena pada tahun itu kota Makkah diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang kuat dibawah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan Ka'bah, Pada waktu itu Abrahah berkendaraan gajah. Belum lagi maksud mereka itu tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah swt dengan mengirimkan burung ababil. Oleh karena pasukan itu mempergunakan gajah, maka orang menamakan pula tentara itu pasukan gajah, sedang tahun terjadinya peristiwa ini disebut Tahun Gajah.


3. Muhammmad Disusukan.

          Sudah menjadi adat kebiasaan pada orang-orang Arab kota Makkah, terutama pada orang-orang bangsawan, menitipkan dan menyusukan anak-anaknya kepada wanita Badiyah (dusun di padang pasir) supaya bayi itu bisa menikmati udara yang segar dan bisa berbicara dengan bahasa yang fasih dan murni. Demikian juga halnya Muhammad yang dari turunan bangsawan Quraisy telah dititipkan kepada Halimah As-Sa'diyah dari Bani Sa'ad Kabilah Hawazin, tempatnya tidak jauh dari kota Makkah. Di perkampungan Bani Sa'ad inilah Nabi Muhammad diasuh & dibesarkan sampai ia berusia 5 tahun.


4. Kematian Ibunya.

          Sesudah berusia 5 tahun, Muhammad Saw diantarkan oleh Halimah As-Sa'diyah ke Makkah dikembalikan kepada Ibunya, Siti Aminah.
          Setahun kemudian, yaitu Muhammad berusia 6 tahun, Muhammad dibawa Ibunya ke Madinah bersama dengan Ummu Aiman (sahaya yang ditinggalkan ayahnya) dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada keluarga neneknya dan sekaligus menziarahi makam ayahnya Abdullah. Selama sebulan, mereka tinggal di Madinah sebelum mereka pulang ke Makkah. Ketika mereka sampai di Abwa' kota antara Madinah dan Makkah Siti Aminah meninggal dunia dan langsung dimakamkan di Abwa'. Ummu Aiman kembali ke Makkah bersama Muhammad yang telah menjadi anak yatim, tiada berayah dan tiada beribu.


5. Kematian Neneknya.

          Sesudah Muhammad kehilangan sang pengasuh, ayah dan ibunya telah mendahuluinya, maka kini selanjjutnya ia diasuh oleh neneknya yang bernama Abdul Muthollib. Pada waktu itu usia Abdul Muthollib mendekati 80 tahun. Dia adalah seorang pemuka Quraisy yang disegani dan dihormati oleh segenap kaum Quraisy pada umumnya, dan penduduk kota Makkah pada khususnya.
Demikian penghormatan bagi kedudukkannya yang tinggi dan mulia itu, sampai anak-anaknya sendiri tidak ada yang berani mendahului menduduki tikar yang disediakan khususnya baginya di sisi Ka'bah.
          Disebabkan kasih sayang neneknya, Abdul Muthollib, Muhammad s.a.w. dapat hiburan dan dapat melupakan kemalangan nasibnya karena kematian ibunya.
          Selang 2 tahun Muhammad berada dalam pemeliharaannya, neneknya yang amat cinta kepadanya itu meninggalkannya untuk selama-lamanya (alias meninggal dunia).   
   

6. Muhammad diasuh oleh Pamannya.

          Semenjak Muhammad ditinggalkan oleh neneknya yg amat mencintainya (yakni Abdul Muthollib), maka kini ia diasuh oleh pamannya yg bernama Abu Tholib.
         Ketika Muhammad di bawah asuhan pamannya, ia selalu menampakkan sikap pasrah terhadap keadaan. Padahal pribadi yg demikian jarang dijumpai pada jiwa seorang anak seusia Muhammad. Disamping itu, Muhammad sangat berbeda dgn apa yg biasa dikerjakan oleh anak2.
          Tanda keyatiman pd diri Muhammad tdk menandakan sebagai seorang yatim dan tidak memberatkan pamannya dlm asuhan. Bahkan pamannya sendiri merasa bahagia semenjak mengasuh Muhammad.


7. Pergi ke Syam.

          Pd usia 12 thn Muhammad ikut pamannya ke Syam utk membawa barang dagangan. Sebelum sampai di kota Syam, baru sampai di kota Bushro, bertemulah Abu Tholib ini dgn seorang pendeta Nasrani yg alim, "Buhairah" namanya. Pendeta ini melihat ada tanda2 kenabian pd diri Muhammad s.a.w. Maka dinasehatilah Abu Tholib agar segera membawa keponakannya itu pulang ke Makkah, sebab dia khawatir kalau2 Muhammad s.a.w. ditemukan oleh orang Yahudi yg pasti akan menganiayanya. Abu Tholib segera menyelesaikan dagangannya dan kembali ke Makkah.
          Dan setibanya di Makkah, Muhammad melakukan pekerjaannya semula, yaitu menggembala kambing milik keluarganya atau milik penduduk Makkah yg lain yg dipercayakan kpdnya.


8. Muhammad Menyaksikan Perang Fijar dan Perjanjian Fudhul.

          Diwaktu Muhammad berusia 15 thn, beliau telah menyaksikan perang Fijar yg dahsyat antara suku Quraisy dan Kinanah di satu fihak dgn suku Qais 'Ailan di lain fihak.
          Peperangan ini terjadi di daerah suci pd bulan2 suci pd bulan Dzul Qa'idah. Harbul Fijar artinya perang yg memecahkan kesucian. Oleh krnnya perang ini utk mempertahankan Makkah dari kesuciannya. Perang ini di akhiri dgn perdamaian setelah banyak memakan korban dr kedua belah fihak.
          Berakhirnya perang Fijar krn ada seruan dr sebagian para pembesar Quraisy utk mengadakan perdamaian Fudhul. Isi perdamaian ialah, jangan sampai terdapat penduduk Makkah teraniaya atau mengusir mereka, dan mencegah terjadinya peperangan.
          Dalam perjanjian damai itu, hadir pula Muhammad s.a.w. bersama pamannya Abu Tholib. Nabi s.a.w. meriwayatkan masalah perdamaian itu ketika beliau telah diangkat sebagai Nabi dgn sabdanya, yg artinya :
"Aku telah menghadiri perjanjian damai bersama orng banyak di rumah Abdullah bin Jud'an. Aku sangat menyenangi hal itu, sama halnya aku menyenangi unta merah. Jika aku diajak berunding dlm Islam, niscaya aku menerima".


9. Kongsi dengan Janda Khodijah.

          Meningkat masa dewasa, Nabi Muhammad s.a.w. mulai berusaha sendiri (mandiri) dlm penghidupannya, tidak menggantungkan kpd pamannya. Dia terkenal seorang yg jujur, baik dr kalangan teman2 sebayanya atau orang2 yg lebih tua darinya, sebab ia tidak pernah berkata bohong, dan kotor. Maka sifat dan akhlak yg demikian itu, seorang janda kaya raya telah mempercayakan kpd Muhammad sekaligus utk mengadakan kongsi hubungan kerja. Khodijah mempercayakan barang dagangannya kpd Muhammad utk dijual ke negeri Syam, yg disertai dgn bujang Siti Khodijah yg bernama Maisaroh. Setelah selesai menjual belikan barang dagangan di Syam itu, mereka pulang ke Makkah dgn memperoleh laba yg tdk sedikit.


10. Perkawinan Muhammad dengan Khodijah.

          Sepulangnya dr Syam, datanglah lamaran dr fihak Siti Khodijah kpd beliau, lalu beliau menyampaikan hal itu kpd pamannya. Setelah tercapai kata sepakat pernikahanpun dilangsungkan. Ketika itu umur Muhammad 25 thn sedang Khodijah berumur 40 thn.


11. Muhammad Mendamaikan Pemuka2 Quraisy.

          Ketika Muhammad s.a.w. berumur 35 thn, beliau telah mendamaikan para pemuka2 Quraisy yg sedang bersengketa dlm meletakkan Hajar Aswad.
          Dikala itu terjadi banjir besar yg sempat meruntuhkan dinding2 Ka'bah. Kemudian kaum Quraisy berusaha utk membongkar seluruhnya & membangun kembali. Setelah selesai pembangunannya, para pemuka kaum Quraisy ingin sama2 meletakkan Hajar Aswad pd tempat semula. Ketika itu timbul pertentangan di kalangan pembesar2 Quraisy mengenai siapa yg berhak meletakkan Hajar Aswad pd tempatnya. Mereka saling berdebat & hampir terjadi api peperangan di kalangan mereka. Pd saat yg kritis itu datanglah Muhammad s.a.w. dengan usulnya, yg segera disetujui mereka, maka dimintanyalah sehelai kain, lalu dihamparkannya & Hajar Aswad diletakkannya di tengah2 kain itu. Kemudian disuruhnya tiap2 pemuka Quraisy bersama-sama mengangkat tepi kain ke tempat Hajar Aswad itu. Ketika sampai ke tempatnya semula, maka batu Hajar Aswad itu diletakkan dengan tangannya sendiri. Dengan demikian selesailah persengketaan mereka itu dengan hasil yg memuaskan hati mereka. Dengan kejadian yg demikian itu pula nama Nabi Muhammad s.a.w. di kalangan penduduk Mekkah bertambah populer.


12. Akhlak2 Nabi Muhammad Sejak Kecil Hingga Dewasa.

          Perjalanan hidupnya Muhammad s.a.w. sejak kecil, kanak2 hingga dewasa & diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal dengan seorang yg jujur, tidak pernah berkata kotor, keji apalg berbohong. Karena saking jujurnya beliau dlm perkataan & perbuatan, maka beliau diberi julukan dengan "AL-AMIN" artinya : orang yg dapat dipercayai.
         Ahli sejarah menuturkan, bahwa Muhammad s.a.w. sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala2, & tidak pernah pula makan daging hewan yg disembelih utk korban berhala2 seperti lazimnya orang Arab Jahiliyah pd waktu itu.


13. Muhammad Bertahannus Di Gua Hira'.

          Sebagai calon seorang pemimpin & pembimbing umat manusia, Muhammad s.a.w. memiliki bakat2 & kemampuan jiwa yg besar kecerdasan pikirannya, ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya, kecepatan tanggapannya, kekerasan kemauannya. Dia mengetahui akan kesedihan2 masyarakat & keruntuhan agama bangsanya, maka utk menjernihkan pikiran2nya itu beliau menyiapkan dirinya bertahannus utk dapat memusatkan jiwanya yg lebih sempurna, menghindar dr keramaian masyarakat khalayak ramai. Maka utk bertahannus ini dipilihlah gua Hira' sebagai tempatnya yg terletak kira2 dua atau tiga mil sebelah Utara kota Mekkah.


14. Rasulullah Muhammad s.a.w. Menerima Wahyu Pertama.

          Semenjak Muhammad s.a.w. berusia 40 thn, beliau lebih sering melakukan tahannus, bila dibandingkan dengan hari2 sebelumnya.
         Tepat pd malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus thn 610 Masehi, datanglah Malaikat Jibril a.s. ke tempat Rasulullah Muhammad bertahannus, yakni di Gua Hira'. Di Tempat itulah Muhammad s.a.w. menerima wahyu pertama dr Tuhan dlm keadaan badan yg menggigil ketakutan, nafas yg sesak, karena ia dirangkul oleh Malaikat Jibril a.s.
          Sesudah itu dilepaskannya, & menyuruh Muhammad utk membaca, Bacalah!. Tp Muhammad s.a.w. menjawab, Aku tidak bisa membacanya. Jawab itu diucapkan beberapa kali, & akhirnya Muhammad s.a.w. berkata : Apa yg ku baca? Kata Jibril : Bacalah di bawah ini :

IQRO' BISMI ROBBIKAL LADZII KHOLAQ. KHOLA QOL INSAANA MIN 'ALAQ. IQRO' WAROBBUKAL AKROM. AL-LADZII 'ALLAMA BIL QOLAM. 'ALLAMAL INSAANA MAALAM YA'LAM.

Artinya :
"Bacalah dengan nama Tuhanmu yg menjadikan. Yg menjadikan manusia dr segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulis - baca). Mengajarkan kepada manusia apa yg tidak diketahuinya". (Al-'Alaq : 1-5)

          Pada saat menerima wahyu yg pertama itu, Muhammad berumur 40 thn 6 bln 8 hari.
          Setelah menerima wahyu itu beliau terus pulang ke rumah dalam keadaan gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya Siti Khodijah.
          Istri yg patuh & setia itu segera menyelimutinya. Setelah agak reda cemasnya, maka diceritakannya kpd istrinya segala yg terjadi atas dirinya dgn perasaan cemas & khawatir. Tetapi istri yg bijaksana itu sedikitpun tdk memperlihatkan kekhawatiran & kecemasan hatinya bahkan dgn khidmat ia menatap muka suaminya, seraya berkata, "Bergembiralah wahai suamiku, demi Tuhan yg jiwa Khadijah di dlm tangan-NYA, saya harap engkaulah yg menjadi Nabi bagi umat kita ini. Allah tdk akan mengecewakan engkau, bukankah engkau yg senantiasa berkata benar yg selalu memperhubungkan silahturrahmi, bukankah engkau yg senantiasa menolong anak yatim, memuliakan tamu & menolong setiap orang yg ditimpa kemalangan & kesengsaraan?".  Demikianlah Siti Khadijah menentramkan hati suaminya.
          Lalu Khadijah pergi ke rumah anak pamannya yg bernama Waraqah bin Naufal utk menceritakan peristiwa yg terjadi pd diri Muhammad. Waraqah adalah seorang yg tdk menyembah berhala, telah lama memeluk agama Nasrani dpt menulis dgn bahasa Ibrany, telah mempelajari serta menyalin isi Kitab Taurat & Injil ke dlm bahasa Arab, usianya sdh lanjut & matanya sdh buta.
          Sesudah mendengar cerita dr Siti Khadijah, Waraqoh bin Naufal berkata, "Quddus, quddus, demi Tuhan yg jiwa Waraqoh di dlm tangan-NYA, jika engkau membenarkan aku, hai Khadijah, sesungguhnya telah datang kpdnya petunjuk yg maha besar, sebagaimana yg pernah datang kpd Nabi Musa AS, dia sesungguhnya akan menjadi Nabi bagi umat kita ini.


15. Rasullullah Muhammad Menerima Wahyu Kedua.